Duduk sila, berhadapan,
Tak diundang kata kunci, mengunci hilir angin yang mencoba goyahkan
Spontan apa pun yang berterbangan di atmosfir
Datang dan pergi penuhi referensi
Dimulai saja, tak usah harus kaku begitu
Baiklah, aku dan kau, senantiasa apa adanya
Udara, terimalah ungkapan yang penuhi sesakku ini
Dia ekspresikan, tanpa hal seseurius persidangan
Kebahagiaan kabuti pagiku
Pertalian tanpa aturan, bagiku semuanya unik dan sah
Santailah, aku tidak sama, namun aku senantiasa jadi aktris pasif
Asap penuhi mulutnya, aku sentuh dengan kelembutan sebagai bukti kasih
Aku punya angan, sama sepertimu. Aku akan bahagia dengan dia, sosok yang senantiasa
mengayomi, meski harus selalu aku gebrak dahulu
Baiklah, dedaun pun mengangguk turut maklum, begitupun aku
Gelak tawa rendai lembaran kata, tajam mata lepas, bebas, puas
Giliran. tanah… sesakku hanya bisa kusimpan dahulu
Namun percayalah, aku baik saja, aku akan senantiasa baik dengan dentuman sikap seorang yang pekak di telinga kehidupan
Kamu percaya, aku sehebat bunga yang indahi jalan yang penuh kerikil
Peduliku, jaga anugerah Rabb yang luar biasa itu
Pedulikan esokmu, yang sudah kau rajut sejak saat ini
Begitulah sekitar lempar kata penghargaan dua pemilik mimpi
Terukir kokoh pada prasasti hidup yang senantiasa hidup
Udara, lihatlah ke luar rumahmu, kebesaran Tuhan indahi langit gempita malam ini
Cincin lingkari rembulan, maaf sengaja ku membuatmu bangun dari istirahatmu
Percakapan yang membenak hingga mengikat di telaga keindahan kepedulian
Darinya, yang kini tengah berjalan di tempat yang tidak lagi sama
Kuncilah perkara mulia di jagad yang telah kau lukis, sahabat tercinta
Aku juga akan ke sana menyeru gelak tawamu lagi,meski entah kapan
Kita sama-sama di sini, di tempat yang sama telah Tuhan siapkan
Inspired By :
Hasyri Habibah “Acy” (w. 28-12-12, 04.00 am)
Selamat jalan, kawan..
Dil follback blog urang http://rajin-cerdas.blogspot.com/
BalasHapuslubi maksa
BalasHapus